SYUKUR TERBESAR

“Kami jadikan pendengaran, penglihatan dan hati. Namun sedikit sekali kamu bersyukur”

Sam’i, abshoro wal af iddah, qoliilam maa tasykuruun. Begitulah firman Allah SWT dalam Al Quran sering kita dengar namun lepas dari perhatian.

Dengan sederhana para khotib dan da’i menjelaskan agar kita bersyukur atas semua benda fisik yang kita miliki. Misalnya saja telinga, hidung, mata, tangan, kaki lalu sedikit meningkat kepada harta benda, anak, istri, posisi/jabatan, dan seterusnya. Kita diminta mensyukurinya dengan menjaga agar semua itu tidak digunakan sebagai sarana dan wahana untuk hal-hal mudharat. Kita mesti memanfaatkannya dalam hal yang manfaat.

Tentu saja itu betul. Namun masalahnya, ketika begitu banyak pemberian Allah SWT kepadaku, ketika taffakkur-ku membawaku pada pencerahan bahwa Allah SWT seringkali justru memberikan bahkan sebelum aku meminta, dititik ini maka penyadaranku tentang syukur adalah bagaikan menemukan titik inti hakikat syukur itu sendiri. Maka syukur-ku yang tertinggi adalah : Bahwa Allah SWT adalah tuhanku. DIA lah yang dengan segala rahmat karunia-Nya telah membuatku terhenyak bahwa ternyata aku memiliki Tuhan yang begitu Maha Luar Biasa…

Sebelum masuk lebih jauh, aku perlu jelaskan bahwa diri ini pernah bertanya, mengapa Allah SWT menyindir/mengkritik dengan kalimat seperti diatas tadi. Mengapa Allah SWT tidak mengkritik dengan –misalnya– jabatan, kekayaan atau yang lain tapi dengan ‘sam’I dan abshoro dan af iddah’ ?

Lalu kuingat sedikit bahwa mata itu dalam bahasa arab adalah ainun, dan hati itu qolb (lalu menjadi kalbu dalam bahasa Indonesia). Aku tentu tidak ahli bahasa. Namun itu tadi sudah cukup bagiku untuk menyadari bahwa yang dimaksu Allah SWT bukan semata fisik telinga atau mata.

Lalu akupun terpana…

Allah SWT nan Maha Baik. IA menciptakanku menjadi seorang manusia ketika ada begitu banyak pilihan. Mengapa aku tidak menjadi keong, atau bintang atau semut atau malaikat??

Dan ketika aku “terpilih” menjadi manusia, IA memberiku orangtua yang baik. Lalu lingkungan yang baik, pendidikan yang baik, keluarga yang baik, tempat tinggal yang baik.

Andai Tuhan mau, maka aku menjadi manusia yang terlahir kafir. Atau mungkin tidak kafir pada awalnya namun tidak diberi cahaya sehingga lalu menjadi kafir. Namun Tuhan begitu baik. Kuyakini bahwa Allah SWT sungguh baik kepada semua manusia.

Lalu aku coba simak kisah Firaun sebagai contoh manusia kufur (kafir). Sampai sekarang aku masih bertanya, mengapa kisah Firaun begitu banyak disebut dalam Al-Quran?

Firaun merajalela. Menganggap dirinya sebagai Tuhan yang tertinggi. Minta disembah padahal ia tidak punya saham apapun dalam penciptaan langit dan bumi. Lalu iapun mulai membunuhi bayi-bayi kecil yang begitu lucu. Coba bayangkan, andai Firaun jadi raja Indonesia lalu dia suruh bunuh semua bayi yang baru lair di semua rumah sakit. Sungguh luar biadab..

Namun ternyata Allah SWT nan Maha Baik masih menanamkan pengharapan. Lalu IA mengutus Musa a.s. simaklah QS.Thaahaa dari ayat yang pertama hingga nanti di ayat 43-44. Disana Allah SWT mengabadikan pembicaraan-Nya dengan Musa. Yang menarik adalah bahwa Allah SWT meminta nabi Musa agar tetap berkata dengan lemah lembut meski jelas-jelas Firaun itu telah melampaui batas.

maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS.At-Thaahaa : 44).

Aku bertanya sendiri apakah jika Firaun lalu bertaubat maka Allah akan mengampuni? Meski telah begitu banyak nyawa bayi yang hilang? Lalu menjadi jelas bahwa Allah Maha Baik,Maha Kuasa, Maha Luar Biasa.

Maka syukur tertinggi bukan lagi karena mendapatkan rezeki yang banyak. Syukur tertinggi adalah penyadaran dan manifestasi sekaligus. Menyadari sepenuhnya kebaikan yang didapat, apapun itu. Dan menerapkan rasa syukur itu, rasa terima kasih itu dalam tindakan nyata. Kutulis lagi untuk diriku dan dirimu : Syukur tertinggi adalah penyadaran sedalam-dalamnya atas kebaikan dan manfestasinya sekaligus. Tidak terpisahkan. Artinya jangan berhenti di sekedar syukur tapi terapkanlah itu. Mata, telinga, hidung, tenggorokan, nafas, tangan, kaki, hati, kendaraan, pasangan, anak, rumah, sifat lembut, sifat sayang, sifat, apapun itu maka masing-masingnya mesti di-implementasi sebagai wujud nyata dari syukur itu sendiri.

Bersyukur bahwa diriku muslim artinya penuhi kewajiban dan tinggalkan larangan. Shalat wajib, shalat tepat waktu, shalat berjamaah, lakukan semua, kontinyu. Mudah? Mengatakan..menuliskan..begitu mudahnya. Menjalankan dengan sepenuhnya (kaffah) itu yang sama sekali tidak mudah. Maka jelas bahwa surga itu mahal dan hanya diberikan pada mereka yang mampu menapaki-nya. Dan apakah ada pilihan selain itu? Kurasa tidak. Hidup ini bukan pilihan. Surga dan neraka bukanlah pilihan. Adakah yang memilih neraka bagi kebaikan dirinya? Sungguh benar firman-Nya : Allah mengilhami sukma. Beruntung bagi yang mensucikannya..merugi bagi yang mengotorinya..(QS. Asy-Syamsi)

 

Wallahu ‘alam bis sawab

Penulis

3 comments on “SYUKUR TERBESAR

  1. benarkah sholat dapat mencegah seseorang dari kejahatan ?
    karena banyak saya lihat orang2 yang sholat juga jahat.
    polisi, jaksa, hakim, guru, pedagang pasar, PNS, pengacara, Supir, pilot, TNI, sampai tukang parkir, pemulung, artis, mentri, apa lagi si PARA WAKIL RAKYAT, banyak yang sholat, tetap aja jahat.
    sementara banyak juga saya lihat orang yang gak sholat, bahkan islam pun tidak tapi punya kelembutan tutur bahasa, kesopanan ahlaq, kerendahan hati, dermawan, dan ahlaq2 mulia lainnya.

    • Itu dia, pertanyaan klasik yang juga pernah muncul dalam diri saya sendiri.
      Jawabannya gampang : karena mereka (orang yang shalat tapi masih berkelakuan buruk) hanyalah “mengerjakan” shalat dan bukan “mendirikan” shalat. Padahal, dalam Al-Quran dijelaskan bahwa orang yang shalat itu bakal celaka, bila mereka tidak memahami shalat mereka (fawailul lil musholliin. Alladzii nahum ang sholaatihim saahuun..)
      Adapun mereka yang tidak shalat namun mampu berlaku baik, kita kembalikan kepada Allah pahala dan balasannya. karena hanya DIA yang punya kewenangan itu. Atau, adakah diantara pembaca budiman yang “punya hak” memberi pahala ataupun adzab kepada manusia ?”

      Wallahu alam bis sawab,

      salam,
      Rifan

SIlahkan Tinggalkan Balasan